Aku telah tinggalkan pada kamu dua perkara. Kamu tidak akan sesat selama berpegang kepada keduanya, (yaitu) Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.

Berdebat Soal Agama! No WAY...

Mengapa masih menceburkan diri dalam BERDEBAT seperti ini?
Mengapa kalian tidak menuruti nasehat para 'ulama untuk menghindari DEBAT ?
Silahkan ingat ingat pengalaman Berdebat anda ?
Dari awal sampai akhir,apa hasilnya?
Kerasnya hati? Sakit hati?
Mudah emosi?
Kebencian?
Habis waktu?
Sibuk?
Hapus pertemanan ?...
Blocked Pertemanan ?....
Dll

Mana faidahnya?


BERBANTAH-BANTAHAN, BERDEBAT atau silang pendapat, jika tidak dilakukan dengan baik dan santun, akan berujung pada permusuhan dan dendam. Apalagi jika masing-masing pihak bersikap takabur, yakni menolak kebenaran. “(Orang sombong adalah) orang yang menolak kebenaran dan merendahkan orang lain” (HR Muslim).
Debat berkepanjangan lazim terjadi akibat sikap takabur tersebut. Berbantah-bantahan juga akan menguras energi. Oleh karena itu, Islam melarang umatnya berbantah-bantahan, apalagi sampai berujung pada permusuhan atau merusak ukhuwah. Perbedaan pendapat disahkan dalam Islam, selama hal itu menyangkut masalah furu’ (cabang), seperti teknis ibadah atau mu’amalah, bukan pokok agama (ushul), seperti masalah akidah.,sebegeimana Firman Allah SWT :

وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ وَلَا تَنَـٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡ‌ۖ وَٱصۡبِرُوٓاْ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ (٤٦)

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal (8): 46).

Berbantah-bantahan berpotensi menjerumuskan pelakunya ke jurang kemaksiatan lain, seperti dengki dan dendam. Bahkan, jika merasa paling benar, dapat menjerumuskan pada jurang kemusyrikan karena yang paling benar hanya Allah SWT.

“Hati-hatilah dengan prasangka, karena prasangka adalah sedusta-dustanya perkataan. Janganlah saling mendengarkan keburukan, saling mencari kesalahan, saling mendengki, saling tidak peduli, saling membenci, dan jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Bukhari).

لَآ إِكۡرَاهَ فِى ٱلدِّينِ‌ۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَىِّ‌ۚ فَمَن يَكۡفُرۡ بِٱلطَّـٰغُوتِ وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَا‌ۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (٢٥٦)
 

Tidak ada paksaan untuk [memasuki] agama [Islam]; sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut [5] dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Qs :2 :256)

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah] dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
“Mengalah” demi menghindari berbantah-bantahan yang berkepanjangan adalah sikap ksatria, jantan, sekaligus disukai Allah SWT. Bahkan, Rasulullah Saw menegaskan adanya pahala yang besar:
“Barangsiapa meninggalkan, menghindari perbantahan, padahal ia posisinya adalah salah, maka Allah akan membangunkan rumah baginya di taman surga. Dan barangsiapa menghindari perbantahan, padahal dirinya posisinya benar, maka Allah membangunkan rumah untuknya di surga yang tinggi” (H.R. Turmudzi dan Ibnu Majah).

Jadi, menghindari perbantahan itu bernilai tinggi menurut pandangan Allah karena dampak negatif dari perbantahan itu sangat meluas, bisa merusak akhlak, merusak kebaikan, juga merusak hati kita.

Dampak negatif berbantah-bantahan antara lain munculnya kemarahan, kekesalan, dan kebencian. Kalau sudah demikian tidak terasa pikiran orang itu dikuras oleh kecenderungan hati untuk mencari-cari kekurangan, kelemahan, kesalahan pendapat orang lain, maka akhirnya yang terpikirkan cuma kesalahan, kekurangan, kelemahan pendapat orang lain.ujung-ujungnya me-remove / nge-Block teman Fb .
Tugas kita adalah menyampaikan kebenaran, “Sampaikan dariku walaupun satu ayat” (HR. Bukhari), bukan memaksakan kebenaran itu diterima oleh orang lain. Tentu saja, kebenaran yang dimaksud adalah ajaran Islam yang bersumberkan wahyu Allah atau apa pun yang sesuai dengan ajaran Islam.
Perbedaan pendapat adalah sunnatullah, sekaligus ujian bagi kaum Muslimin dalam hal persaudaraan, kebesaran jiwa, dan sikap toleran atau menghargai pendapat orang lain. Sekali lagi, tugas kita adalah menyampaikan kebenaran, bukan memaksakannya agar diterima orang lain. Tugas kita juga mempertahankan kebenaran itu dengan taruhan apa pun.
Kita wajib membantah pandangan keliru dan sesat, yakni pendapat yang menyalahi ajaran Islam. Dalam kamus dakwah hal itu bagian dari “mujadalah”, yakni adu argumentasi, dengan catatan “billati hiya ahsan”, dengan argumentasi yang lebih baik, kuat, dan dengan cara yang baik pula.
Kebenaran pendapat kita itu nisbi, relatif. Kebenaran mutlak hanya dari Allah SWT. Kesadaran demikianlah yang akan membuat kita tidak merasa paling benar karena Yang Mahabenara hanyalah Allah SWT.

Perbedaan paham dalam masalah furu’ hendaklah tidak menjadi faktor pemecah belah agama dan tidak menyebabkan permusuhan dan kebencian.
Sesungguhnya para ulama dari kalangan sahabat, tabi’in, dan orang setelah mereka, bila berbeda pendapat dalam suatu urusan, maka mereka mengikuti perintah Allah: ‘Kemudian jika kamu bearlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rosul (Sunnahnya), jika kamu benar benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (QS. An-Nisa’ /4:59 ).


يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِى ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡ‌ۖ فَإِن تَنَـٰزَعۡتُمۡ فِى شَىۡءٍ۬ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ‌ۚ ذَٲلِكَ خَيۡرٌ۬ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلاً (٥٩)
 

Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul [Nya], dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah [Al Qur’an] dan Rasul [sunnahnya], jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama [bagimu] dan lebih baik akibatnya. (Annisa : 59)

Rasulullah Saw mengingatkan: “Tidaklah suatu kaum tersesat setelah mendapatkan petunjuk, kecuali karena mereka suka berdebat (berbantah-bantahan)“ (HR. At-Tirmidzi).

Yang jelas, jangan pernah membantah kebenaran Ilahi dan perintah Allah SWT
Jadi, kawan-kawan, sahabat dan saudaraku seperjuangan dan se-akidah, jauhilah forum debat yang dibuat di Facebook atau forum - forum yang ada isinya penghinaan kepada Islam. Kita berjuang dengan penuh keyakinan untuk tidak mengotori tangan dan lisan kita dengan menghina dan mencela agama mereka. Lebih baik kita berjuang dengan bukti nyata : mengajak mereka pada kebenaran Islam dengan cara menunjukkan bukti kebenaran saat dalam suasana pergaulan yang sopan santun dan penuh ramah tamah.

INGATLAH :

“Percekcokan dan perdebatan dalam ilmu itu menghilangkan cahaya ilmu dari hati seorang hamba.”

1 komentar:

  1. Subhanallah... oleh karena itu sebagai ummat beragama kita hrs selalu belajar mencari ilmu agama. Tanpa ilmu yg benar, maka kita akan sesat. Tidak perduli apapun agamanya. Walaupun Islam adalah agama kebenaran, tapi apabila beragama Islam tanpa ilmu maka akan hampa keIslamannya. Ilmu Islam itu ada dalam Alquran dan Alhadist.

    BalasHapus